list: Hanami, Hanabi, Onsen, Sentō, Permainan dan Mainan Jepang, Masakan Jepang, Upacara Minum Teh, Taman Jepang.
1 Hanami
Hanami (melihat bunga) atau ohanami adalah tradisi Jepang dalam menikmati keindahan bunga, khususnya bunga sakura. Mekarnya bunga sakura merupakan lambang kebahagiaan telah tibanya musim semi. Selain itu, hanami juga berarti piknik dengan menggelar tikar untuk pesta makan-makan di bawah pohon sakura.
Pohon sakura mekar di Jepang dari akhir Maret hingga awal April (kecuali di Okinawa dan Hokkaido). Prakiraan pergerakan mekarnya bunga sakura disebut garis depan bunga sakura (sakurazensen). Prakiraan ini dikeluarkan oleh direktorat meteorologi dan berbagai badan yang berurusan dengan cuaca. Saat melakukan hanami adalah ketika semua pohon sakura yang ada di suatu tempat bunganya sudah mekar semua.
Onsen adalah istilah bahasa jepang untuk sumber air panas dan tempat mandi berendam dengan air panas yang keluar dari perut bumi. Penginapan yang memiliki tempat pemandian air panas disebut penginapan onsen (onsen yado). Kota wisata yang berkembang di sekeliling sumber air panas disebut kota onsen.
Sumber air panas memiliki dua sumber panas, magma yang berada di dasar gunung berapi, dan panas yang bukan dari gunung berapi. Jenis mineral yang dikandung air menyebabkan perbedaan warna air, bau, dan khasiat mandi dengan air panas tersebut.
Menurut definisi Undang-Undang Onsen Jepang, walaupun suhunya tidak tinggi, istilah onsen juga digunakan untuk air dari mata air dengan kandungan mineral yang berbeda dari air biasa, dan berasal dari sumber air yang mengeluarkan gas. Sumber air panas bisa berupa air tanah yang dipanaskan oleh panas bumi atau dipanaskan manusia dengan sumber panas. Air panas bisa keluar secara alami dari dalam tanah, atau keluar setelah dibor manusia.
Lokasi untuk sumber air panas bisa berada dekat gunung berapi atau jauh dari gunung berapi. Sumber air panas yang berlokasi jauh dari gunung berapi mendapat panas dari gradien geotermal (suhu air semakin tinggi bila sumur digali semakin dalam) atau sumber panas yang tidak diketahui. Onsen yang berada di kawasan rawa gambut seperti Tokachigawa Onsen, Hokkaido disebut moor onsen (moor dalam bahasa jerman berarti rawa).
1 Hanami
Add caption |
Hanami (melihat bunga) atau ohanami adalah tradisi Jepang dalam menikmati keindahan bunga, khususnya bunga sakura. Mekarnya bunga sakura merupakan lambang kebahagiaan telah tibanya musim semi. Selain itu, hanami juga berarti piknik dengan menggelar tikar untuk pesta makan-makan di bawah pohon sakura.
Pohon sakura mekar di Jepang dari akhir Maret hingga awal April (kecuali di Okinawa dan Hokkaido). Prakiraan pergerakan mekarnya bunga sakura disebut garis depan bunga sakura (sakurazensen). Prakiraan ini dikeluarkan oleh direktorat meteorologi dan berbagai badan yang berurusan dengan cuaca. Saat melakukan hanami adalah ketika semua pohon sakura yang ada di suatu tempat bunganya sudah mekar semua.
2 Hanabi
Kata ‘hanabi’-kembang api- beerasal dari kanji ‘hana’ yang artinya ‘bunga’ dan ‘hi’
yang berarti ‘api’. Kembang api, yang pertama kali ditemukan di Cina
ketika zaman Dinasti Tang (618-907), masuk ke Eropa melalui jalur sutera
(Silk Road). Konon, Jepang mulai ‘bersetuhan’ dengan kembang api ketika
tahun 1613. saat itu duta dari kerajaan Inggris memperkenalkannya
kepada Shogun Tokugawa Ieyasu. Pada pertengahan zaman Edo (1603-1868), hanabi menjadi hiburan fafortit para daimyo (tuan tanah) dan saudagar kaya yang menikmati pertunjukan tesebut dengan cara memesan secara lengsung kepada pembuatnya.
Hanabi taikai
yang pertama diselenggarakan pada tahun 1733. Pada tahun sebelumnya,
seluruh Jepang menderita kelaparan hebat yang mengakibatkan sekitar
900.000 orang meninggal. Pada saat itu juga, banyak orang yang meninggal
di Edo akibat terserang wabah kolera dan tubuh mereka dibiarkan
tergeletak di jalanan. Pemerintah pada saat itu, Shogun Toshimune,
mengatur sebuah pertunjukan hanabi di sepanjang sungai Sumidagawa, Edo
(sekarang Tokyo) untuk menenangkan roh orang-orang tersebut dan mengusir
wabah. Ini adalah awal dari Ryogoku Hanabi Taikai (pertunjukan hanabi Ryogoku) yang terkenal.
Hingga
saat ini pada saat festival berlangsung, para penonton di Jepang sering
terdengar meneriakkan “Tamaya!” atau “Kagiya!” yang menunjuk pada dua
nama produsen hanabi terbesar selama zaman Edo dan telah berhasil mengantarkan Ryogoku Hanabi Taikai menjadi pertunjukan kembang api yang terbesar se-Jepang saat itu.
Saat
festival pertama tahun 1733, keluarga Tamaya-Kagiya meluncurkan 20
kembang api yang sensasional. Pada tahun 1810, klan Kagiya melepaskan
diri darikeluarga Tamaya tang akhirnya melahirkan ‘peperangan’ tahunan
untuk memperebutkan supremasi hanabi. ‘Peperangan ini menjadi
even faforit bagi masyarakat Edo. Kedua keluarga yang memberikan
kontribusi yang besar bagi perkembangan festival ini untuk selanjutnya.
Sekitar tahun 1879, pengenalan bahan kimia baru pembuat hanabi mulai memasuki Jepang. Hal ini sangat memungkinkan para produsen untuk mengembangkan hanabi dengan warna baru seperti merah, biru dan hijau. Dari zaman Taisho (1912-1926) hingga zaman Showa (1926-1989), banyak produsen hanabi yang muncul di seluruh Jepang. Mereka mengembangkan teknik hanabi sehingga menghasilkan berbagai variasi ledakan dan warna. Karena itu, hanabi diberi nama seperti bunga sesuai dengan bentuk ledakannya di udara, misalnya krisan, lotus, peony, dll. Perkembangan hanabi ini membuat tiap daerah memiliki ciri khas festival hanabi-nya sendiri-sendiri.
Kini Ryogoku Hanabi Takai terkenal dengan nama Sumidagawa Hanabi Taikai yaitu festival hanabi terbesar
di Tokyo dimana sekitar 20.000 kembang api diluncurkan setiap tahunnya
di dua tempat sepanjang sungai, yaitu di antara jembatan Sakura-Kototoi
dan di antara jembatan Komagata-Umaya. Festival ini adalah pertunjukkan
kompetisi antara 10 produsen hanabi -7mdari perusahaan lokal dan 3
dari perusahaan pengalaman dari wilayah lain- yang tidak pernah gagal
membuat para penonton terpesona. Festival ini dikenal sangat luas hingga
menyedot sekitar 900.000 penonton per tahun.
Banyak
dari mereka menggunakan yukata dan happi (baju luaran untuk festival)
mengingatkan pada situasi ketika zaman Edo. Setiap tahun festival ini
juga dosiarkan secara live di stasiun televisi. Selain pertunjukkan
kembang api, disaelenggarakan pula even-even lain yang masih
‘berbau-bau’ kembang api, seperti kontes fotografi hanabi, dll.
Seiring dengan berkembangnya zaman dan teknologi, hanabi taikai pun dikemas dalam format yang lebih modern. Ada beberapa taikai yang dianggap spektakuler. Diantaranya adalah Jingu Gaien Hanabi Taikai
yang mengambil tempat di lapangan bisbol yang luas di pusat kota Tokyo.
Sebelum kembang api diluncurkan, terlebih dahulu digelar pertunjukan
sinar laser dan live music. Selain itu Chiba City Firewoks festival adalah
termasuk pertunjukan hanabi yang spektakuler. Peluncuran kembang api
disinkronisasikan dengan pertunjukan musik extravaganza yang seluruhnya
diatur dengan komputer. Ada pula Tokyo Hanabi festival dan Yokohama’s International Fireworks Festival yang meluncurkan kembang api dari laut.
3 Upacara Minum Teh
Pada awalnya teh (ocha) dibawa ke Jepang dan diminum sebagai obat kemudian berkembanglah chanoyu asli yang menitikberatkan pertukaran spirit/semangat antara tuan rumah dan tamu. Upacara minum teh meluas ke masyarakat awam pada zaman Edo (1603-1867). Kini selain sebagai minuman, teh juga digunakan pada es krim, cake, dan sebagainya. Prefektur Shizouka merupakan daerah penghasil teh nomor satu di Jepang.
Upacara minum teh (sadō/jalan teh) adalah ritual tradisional Jepang dalam menyajikan teh untuk tamu. Pada zaman dulu disebut chatō atau cha no yu. Upacara minum teh yang diadakan di luar ruangan disebut nodate.
Teh disiapkan secara khusus oleh orang yang mendalami seni upacara minum teh dan dinikmati sekelompok tamu di ruangan khusus untuk minum teh yang disebut chashitsu. Tuan rumah juga bertanggung jawab dalam mempersiapkan situasi yang menyenangkan untuk tamu seperti memilih lukisan dinding (kakejiku), bunga (chabana), dan mangkuk keramik yang sesuai dengan musim dan status tamu yang diundang.
Teh bukan cuma dituang dengan air panas dan diminum, tapi sebagai seni dalam arti luas. Upacara minum teh mencerminkan kepribadian dan pengetahuan tuan rumah yang mencakup antara lain tujuan hidup, cara berpikir, agama, apresiasi peralatan upacara minum teh dan cara meletakkan benda seni di dalam ruangan upacara minum teh (chashitsu) dan berbagai pengetahuan seni secara umum yang bergantung pada aliran upacara minum teh yang dianut.
Seni upacara minum teh memerlukan pendalaman selama bertahun-tahun dengan penyempurnaan yang berlangsung seumur hidup. Tamu yang diundang secara formal untuk upacara minum teh juga harus mempelajari tata krama, kebiasaan, basa-basi, etiket meminum teh dan menikmati makanan kecil yang dihidangkan.
Pada umumnya, upacara minum teh menggunakan teh bubuk matcha yang dibuat dari teh hijau yang digiling halus. Upacara minum teh menggunakan matcha disebut matchadō, sedangkan bila menggunakan teh hijau jenis sencha disebut senchadō.
Dalam percakapan sehari-hari di Jepang, upacara minum teh cukup disebut sebagai ocha (teh). Istilah ocha no keiko bisa berarti belajar mempraktekkan tata krama penyajian teh atau belajar etiket sebagai tamu dalam upacara minum teh.
4 Taman JepangPada awalnya teh (ocha) dibawa ke Jepang dan diminum sebagai obat kemudian berkembanglah chanoyu asli yang menitikberatkan pertukaran spirit/semangat antara tuan rumah dan tamu. Upacara minum teh meluas ke masyarakat awam pada zaman Edo (1603-1867). Kini selain sebagai minuman, teh juga digunakan pada es krim, cake, dan sebagainya. Prefektur Shizouka merupakan daerah penghasil teh nomor satu di Jepang.
Upacara minum teh (sadō/jalan teh) adalah ritual tradisional Jepang dalam menyajikan teh untuk tamu. Pada zaman dulu disebut chatō atau cha no yu. Upacara minum teh yang diadakan di luar ruangan disebut nodate.
Teh disiapkan secara khusus oleh orang yang mendalami seni upacara minum teh dan dinikmati sekelompok tamu di ruangan khusus untuk minum teh yang disebut chashitsu. Tuan rumah juga bertanggung jawab dalam mempersiapkan situasi yang menyenangkan untuk tamu seperti memilih lukisan dinding (kakejiku), bunga (chabana), dan mangkuk keramik yang sesuai dengan musim dan status tamu yang diundang.
Teh bukan cuma dituang dengan air panas dan diminum, tapi sebagai seni dalam arti luas. Upacara minum teh mencerminkan kepribadian dan pengetahuan tuan rumah yang mencakup antara lain tujuan hidup, cara berpikir, agama, apresiasi peralatan upacara minum teh dan cara meletakkan benda seni di dalam ruangan upacara minum teh (chashitsu) dan berbagai pengetahuan seni secara umum yang bergantung pada aliran upacara minum teh yang dianut.
Seni upacara minum teh memerlukan pendalaman selama bertahun-tahun dengan penyempurnaan yang berlangsung seumur hidup. Tamu yang diundang secara formal untuk upacara minum teh juga harus mempelajari tata krama, kebiasaan, basa-basi, etiket meminum teh dan menikmati makanan kecil yang dihidangkan.
Pada umumnya, upacara minum teh menggunakan teh bubuk matcha yang dibuat dari teh hijau yang digiling halus. Upacara minum teh menggunakan matcha disebut matchadō, sedangkan bila menggunakan teh hijau jenis sencha disebut senchadō.
Dalam percakapan sehari-hari di Jepang, upacara minum teh cukup disebut sebagai ocha (teh). Istilah ocha no keiko bisa berarti belajar mempraktekkan tata krama penyajian teh atau belajar etiket sebagai tamu dalam upacara minum teh.
Taman Jepang (Nihon teien adalah taman yang dibangun dengan gaya tradisional Jepang.. Prinsip dasar taman Jepang adalah miniaturisasi dari Landscape
atau pemandangan alam empat musim di Jepang. Elemen dasar seperti batu
batu dan kolam dipakai untuk melambangkan lanskap alam berukuran besar. )
Selain taman Jepang yang dibuka untuk umum, taman Jepang dibangun di hotel, Kuil Buddha, bekas kediaman resmi daimyo, dan rumah besar milik pejabat atau pengusaha. Taman sempit bergaya Jepang di halaman rumah milik rakyat biasa disebut tsuboniwa (taman halaman kecil) atau nakaniwa (halaman dalam). Tiga taman Jepang yang paling terkenal adalah Kenroku-en di Kanazawa, Koraku-en di Okayama, dan Kairaku-en di Mito, Prefektur Ibaraki
.
5 Onsen Selain taman Jepang yang dibuka untuk umum, taman Jepang dibangun di hotel, Kuil Buddha, bekas kediaman resmi daimyo, dan rumah besar milik pejabat atau pengusaha. Taman sempit bergaya Jepang di halaman rumah milik rakyat biasa disebut tsuboniwa (taman halaman kecil) atau nakaniwa (halaman dalam). Tiga taman Jepang yang paling terkenal adalah Kenroku-en di Kanazawa, Koraku-en di Okayama, dan Kairaku-en di Mito, Prefektur Ibaraki
.
Onsen adalah istilah bahasa jepang untuk sumber air panas dan tempat mandi berendam dengan air panas yang keluar dari perut bumi. Penginapan yang memiliki tempat pemandian air panas disebut penginapan onsen (onsen yado). Kota wisata yang berkembang di sekeliling sumber air panas disebut kota onsen.
Sumber air panas memiliki dua sumber panas, magma yang berada di dasar gunung berapi, dan panas yang bukan dari gunung berapi. Jenis mineral yang dikandung air menyebabkan perbedaan warna air, bau, dan khasiat mandi dengan air panas tersebut.
Menurut definisi Undang-Undang Onsen Jepang, walaupun suhunya tidak tinggi, istilah onsen juga digunakan untuk air dari mata air dengan kandungan mineral yang berbeda dari air biasa, dan berasal dari sumber air yang mengeluarkan gas. Sumber air panas bisa berupa air tanah yang dipanaskan oleh panas bumi atau dipanaskan manusia dengan sumber panas. Air panas bisa keluar secara alami dari dalam tanah, atau keluar setelah dibor manusia.
Lokasi untuk sumber air panas bisa berada dekat gunung berapi atau jauh dari gunung berapi. Sumber air panas yang berlokasi jauh dari gunung berapi mendapat panas dari gradien geotermal (suhu air semakin tinggi bila sumur digali semakin dalam) atau sumber panas yang tidak diketahui. Onsen yang berada di kawasan rawa gambut seperti Tokachigawa Onsen, Hokkaido disebut moor onsen (moor dalam bahasa jerman berarti rawa).
6 Sentō
Sentō adalah tempat pemandian air panas untuk umum di Jepang. Orang yang ingin mandi dipungut biaya masuk. Pria dan wanita mandi di kamar mandi terpisah. Satu bak mandi digunakan untuk mandi berendam bersama-sama oleh beberapa orang sekaligus.
Menurut Undang-Undang Pemandian Umum (Kōshū Yokujō-hō) Pasal 1, fasilitas pemandian umum boleh menggunakan air panas yang dididihkan sendiri, air bermineral dari mata air panas, air dari onsen, dan lain-lain. Menurut undang-undang lain, pengelola dapat menarik biaya mandi untuk pengguna jasa pemandian umum
Sentō adalah tempat pemandian air panas untuk umum di Jepang. Orang yang ingin mandi dipungut biaya masuk. Pria dan wanita mandi di kamar mandi terpisah. Satu bak mandi digunakan untuk mandi berendam bersama-sama oleh beberapa orang sekaligus.
Menurut Undang-Undang Pemandian Umum (Kōshū Yokujō-hō) Pasal 1, fasilitas pemandian umum boleh menggunakan air panas yang dididihkan sendiri, air bermineral dari mata air panas, air dari onsen, dan lain-lain. Menurut undang-undang lain, pengelola dapat menarik biaya mandi untuk pengguna jasa pemandian umum
7 Pakaian Tradisional Jepang
-Kimono, Pakaian Tradisional Jepang
Kimono adalah pakaian khas/tradisional bangsa Jepang. Arti kimono itu sendiri adalah baju atau sesuatu yang dikenakan. Bentuk baju kimono seperti huruf “T”, berlengan panjang dan berkerah.
Baju kimono untuk wanita berbentuk baju terusan sedangkan kimono pria berbentuk setelan. Kerah bagian kanan harus berada dibawah kerah bagian kiri. Sabuk kain/Obi dililitkan pada bagian perut/pinggang dan diikat dipunggung. Alas kaki saat memakai kimono adalah zori atau geta.
Pada saat sekarang ini, kimono lebih sering digunakan wanita pada acara istimewa, sedangkan pria lebih sering menggunakan kimono pada acara pernikahan, upacara minum the dan acara formal lainnya.
Pemilihan kimono haruslah berhati-hati dan harus disesuaikan dengan acara yang akan dihadiri. Perlu adanya pengetahuan yang mendalam mengenai simbolisme dan isyarat yang terkandung pada kimono. Ada beberapa jenis kimono yang dapat disesuaikan dengan fungsi dan tingkat formalitasnya.
KIMONO WANITA:
• Kurotomesode
Tomesode adalah jenis kimono yang paling formal untuk wanita yang sudah menikah dan berwarna hitam. Pakaian ini digunakan untuk menghadiri resepsi pernikahan dan acara resmi lainnya.
Ciri khas kurotomesode adalah bermotif indah pada bagian bawah sekitar kaki depan dan belakang. Ada lambang keluarga yang terletak pada tiga sisi yaitu punggung, dada bagian atas kanan dan kiri, dan bagian belakang lengan.
• Irotomesode
Pakaian ini terbuat dari tomesode yang berwarna. Kimono jenis ini dipakai oleh wanita dewasa yang sudah/belum menikah. Pemilihan motif lambang dapat disesuaikan dengan jenis acaranya.
Kimono irotomesode dipakai untuk menghadiri acara yang tidak memperbolehkan tamu untuk datang memakai kuritimesode, misalnya resepsi di istana kaisar.
• Furisode
Furisode adalah kimono paling formal untuk wanita muda yang belum menikah. Bahannya berwarna cerah dengan motif yang mencolok diseluruh bagian kain.
Ciri furisode adalah bagian lengan yang sangat lebar dan menjuntai ke bawah. Pakaian ini digunakan saat menghadiri upacara seijin shiki, resepsi pernikahan teman, upacara wisuda atau hatsumode.
• Iromuji
Iromuji adalah kimono semiformal, tetapi bisa dijadikan kimono formal bila iromuji memiliki lambang keluarga(kamon). Iromuji terbuat dari bahan yang berwarna lembut seperti pink, biru muda, atau kuning dan warna lembut lainnya.
Iromuji dapat digunakan pada acara pernikahan jika jumlah lambang keluarga ada lima. Tetapi jika hanya satu, pakaian ini dapat digunakan saat acara minum teh.
• Tsukesage
Tsukesage adalah kimono semiformal yang digunakan oleh wanita yang sudah/belum menikah. Kimono jenis ini tidak memiliki lambang keluarga dan diperbolehkan untuk menghadiri upacara minum teh yang tidak begitu resmi atau perayaan tahun baru.
• Komon
Komon adalalah kimono santai untuk wanita yang sudah/belum menikah. Ciri khas kimono jenis ini adalah bermotif sederhana dan berukuran kecil-kecil yang berulang. Komon dikenakan untuk menghadiri pesta reuni, makan malam, bertemu dengan teman atau menonton pertunjukan digedung.
• Tsumugi
Tsumugi adalah kimono yang dipakai untuk bersantai dirumah dan dapat digunakan untuk wanita yang sudah/belum menikah. Kimono jenis ini dapat digunakan saat keluar rumah seperti berbelanja atau berjalan-jalan. Bahan yang digunakan adalah katun ataupun sutra kelas rendah yang tebal dan kasar.
• Yukata
Yukata adalah kimono yang dipaaki saat musim panas. Bahannya terbuat dari kain katun yang tipis tanpa pelapis.
KIMONO PRIA:
Kimono pria terbuat dari bahan berwarna gelap seperti hijau tua,coklat tua, biru tua, hitam.
• Montsuki
Montsuki digunakan bersama hakama dan haori cocok dipakai saat menghadiri upacara sangat resmi dan dapat juga dipakai sebagai pakaian pengantin pria tradisional.
• Kinagashi
Kimono jenis ini adalah jenis pakaian yang dapat digunakan sehari-hari, untuk bersantai ataupun keluar rumah. Kinagashi tidak dihiasi dengan lambang keluarga.
8 Permainan dan Mainan Jepang
#Daruma
#Fukuwarai adalah permainan tradisional yang dimainkan saat
tahun baru di Jepang. Permainan dilakukan dengan menggunakan gambar
wanita berwajah lucu (disebut okame atau otafuku). Namun
gambar bagian-bagian wajah, seperti alis, mata, hidung, dan bibir berada
pada guntingan-guntingan kertas yang terpisah. Permainan ini serupa
dengan permainan Tempel Ekor Kedai.
Dengan memakai kain penutup mata, pemain berusaha meletakkan bagian-bagian wajah pada tempatnya. Peletakan bagian-bagian wajah di tempat yang bukan semestinya, kemungkinan dapat menghasilkan gambar lucu yang mengundang tawa. Pemenang permainan ini adalah pemain yang dianggap membuat gambar paling lucu, atau pemain yang berhasil meletakkan bagian-bagian wajah di tempat yang benar.
Asal usul permainan ini tidak jelas. Namun permainan ini diperkirakan dimainkan karena sesuai dengan peribahasa Warau kado ni wa fuku kitaru (Keberuntungan datang di keluarga yang tidak berhenti tertawa) yang merupakan harapan orang Jepang untuk tahun yang baru. Permainan ini kemungkinan mulai dimainkan sejak paruh kedua zaman Edo, dan melekat sebagai tradisi tahun baru sejak zaman Meiji. Dari zaman Meiji hingga pertengahan zaman showa, permainan ini banyak dimainkan orang Jepang sewaktu merayakan tahun baru di rumah bersama keluarga
#Janken
Permainan suit (hom pim pa) Jepang yang elemennya terdiri dari tangan yang membentuk kertas (tangan terbuka), batu (tangan mengepal) dan gunting (telunjuk dan jari tengah membentuk mata gunting). Janken sering juga dimainkan di Indonesia.
-Pakaian Tradisional Jepang Yukata
Yukata adalah jenis kimono nonformal Jepang yang dibuat dari bahan kain katun tipis tanpa pelapis. Secara harfiah istilah Yukata berarti: baju sesudah mandi. Dipakai untuk kesempatan santai di musim panas (natsu). Yukata dibuat dari bahan katun yang mudah dilewati angin, agar badan menjadi sejuk di sore hari atau sesudah mandi malam dengan air panas di Jepang.
Istilah Yukata ini lahir sejak sekitar zaman Azuchi-Momoyama. Bermula dari pakaian yang dipakai sesudah mandi yang disebut Yukatabira. Di zaman Edo, Yukatabira menjadi sangat populer di kalangan rakyat dan namanya disingkat menjadi Yukata saja. Pada zaman dahulu, memakai Yukata untuk bertemu dengan orang lain dianggap sangat tidak sopan, mengingat fungsi Yukata yang cuma sebagai pakaian tidur. Namun sekarang, Yukata dapat dikenakan kapanpun atau saat pergi kemanapun. Malah pakaian ini menjadi pakaian utama yang dikenakan saat melihat Hanabi Matsuri (Festival kembang api). Jika terlihat banyak perempuan memakai Yukata di musim panas (natsu), berarti tidak jauh dari tempat itu ada festival kembang api.
Yukata umumnya dibuat dari kain katun walaupun sekarang banyak yang dibuat dari bahan campuran, misalnya katun bercampur polyester. Yukata untuk laki-laki biasanya terbuat dari bahan dengan warna dasar gelap (seperti hitam, biru tua, ungu tua) dengan corak garis-garis warna gelap. Sedangkan Yukata untuk wanita biasanya terbuat dari bahan dengan warna dasar cerah atau warna pastel dengan corak beraneka warna yang cerah. Corak-corak kain yang populer untuk Yukata wanita adalah bunga Sakura, bunga Krisan, Poppy, bunga-bunga yang mekar di musim panas.
Perbedaan Kimono dan Yukata:
1. Berbeda dengan Kimono yang sering disebut orang Jepang sebagai Gofuku atau Wafuku dan hanya dipakai pada kesempatan formal, Yukata dipakai untuk kesempatan santai seperti: berjalan-jalan melihat pesta kembang api, melihat festival musim panas (matsuri), atau menari di saat perayaan Obon (festival menyambut arwah).
2. Kimono yang harganya sangat mahal hingga luar biasa mahal, harga Yukata umumnya terjangkau oleh semua orang.
3. Kimono jadi yang hampir-hampir tidak ada toko yang mau menjualnya, di toko pakaian banyak dijual Yukata yang sudah jadi dengan beraneka ukuran dengan harga terjangkau
4. Kimono yang menurut ukuran lebar lengannya dapat diketahui status seorang wanita (sudah menikah atau masih gadis), Yukata dapat dipakai oleh siapa saja tanpa mengenal status.
5. Kimono yang pemakainya diwajibkan memakai pakaian dalam sebanyak 2 lapis (Hadajuban dan Juban), perempuan yang memakai Yukata hanya diharuskan pakaian dalam lapis pertama (Hadajuban).
Sama halnya dengan Kimono, agar Yukata terlihat bagus sewaktu dipakai, maka yang dipakai haruslah Yukata yang sesuai ukuran badan si pemakai. Jika Yukata yang anda kenakan ingin terlihat bagus dan pas di badan, Yukata yang anda kenakan haruslah Yukata yang dijahit sesuai dengan ukuran badan anda (order made).
Urutan agar pemakaian Yukata tampak bagus dan rapi:
1. Jika ingin mengenakan Yukata secara benar, dianjurkan untuk mengenakan Susoyoke, yakni berupa rok dalam panjang yang bisa berwarna putih polos atau bercorak dengan warna cerah. Jika tidak mau memakai atau tidak mempunyai Susoyoke juga tidak apa-apa.
2. Memakai pakaian dalam yang disebut Hadajuban dan mengencangkan tali pengikatnya.
3. Memakai Yukata. Panjang Yukata selalu melebihi panjang yang dibutuhkan si pemakai sehingga kain Yukata yang panjangnya berlebih harus diangkat sedikit ke bagian pinggang dan dikencangkan dengan menggunakan Koshihimo (sabuk pinggang dari kain)
4. Merapikan Bagian-bagian Yukata yang sedikit longgar di badan ke arah perut dan
mengencangkannya dengan kain sabuk pengikat yang disebut Datejime
5. Mengencangkan Yukata dengan melilitkan dan mengikatkan Obi.
Obi adalah kain yang dililitkan di pinggang, yang panjangnya sekitar 4 sampai 5 meter. Lebar Obi yang digunakan untuk Yukata adalah setengah dari lebar Obi yang digunakan untuk memakai Kimono. Ada banyak jenis simpul yang digunakan untuk pada saat mengikat Obi. Simpul Obi yang paling populer adalah simpul Bunko yang berbentuk seperti kupu-kupu. Jika belum dapat membuat simpul Obi sendiri, anda dapat membeli simpul Obi yang sudah jadi di toko dan tinggal menyisipkannya ke dalam Obi anda.
Yukata juga digunakan oleh aktor Kabuki di saat bermake-up atau peran yang mengharuskan aktor Kabuki memakai Yukata. Pegulat Sumo juga memakai Yukata sebelum dan sesudah bertanding. Begitupula penari tradisional Jepang (Nihon Buyou) mengenakan Yukata sebagai pengganti Kimono sewaktu belajar menari agar Kimono yang harganya mahal tidak menjadi basah karena keringat.
Saat ini, toko-toko di Jepang sudah mulai terlihat memajang beberapa Yukata dengan aneka corak warna dengan harga terjangkau. Tanda musim panas segera tiba.
Yukata adalah jenis kimono nonformal Jepang yang dibuat dari bahan kain katun tipis tanpa pelapis. Secara harfiah istilah Yukata berarti: baju sesudah mandi. Dipakai untuk kesempatan santai di musim panas (natsu). Yukata dibuat dari bahan katun yang mudah dilewati angin, agar badan menjadi sejuk di sore hari atau sesudah mandi malam dengan air panas di Jepang.
Istilah Yukata ini lahir sejak sekitar zaman Azuchi-Momoyama. Bermula dari pakaian yang dipakai sesudah mandi yang disebut Yukatabira. Di zaman Edo, Yukatabira menjadi sangat populer di kalangan rakyat dan namanya disingkat menjadi Yukata saja. Pada zaman dahulu, memakai Yukata untuk bertemu dengan orang lain dianggap sangat tidak sopan, mengingat fungsi Yukata yang cuma sebagai pakaian tidur. Namun sekarang, Yukata dapat dikenakan kapanpun atau saat pergi kemanapun. Malah pakaian ini menjadi pakaian utama yang dikenakan saat melihat Hanabi Matsuri (Festival kembang api). Jika terlihat banyak perempuan memakai Yukata di musim panas (natsu), berarti tidak jauh dari tempat itu ada festival kembang api.
Yukata umumnya dibuat dari kain katun walaupun sekarang banyak yang dibuat dari bahan campuran, misalnya katun bercampur polyester. Yukata untuk laki-laki biasanya terbuat dari bahan dengan warna dasar gelap (seperti hitam, biru tua, ungu tua) dengan corak garis-garis warna gelap. Sedangkan Yukata untuk wanita biasanya terbuat dari bahan dengan warna dasar cerah atau warna pastel dengan corak beraneka warna yang cerah. Corak-corak kain yang populer untuk Yukata wanita adalah bunga Sakura, bunga Krisan, Poppy, bunga-bunga yang mekar di musim panas.
Perbedaan Kimono dan Yukata:
1. Berbeda dengan Kimono yang sering disebut orang Jepang sebagai Gofuku atau Wafuku dan hanya dipakai pada kesempatan formal, Yukata dipakai untuk kesempatan santai seperti: berjalan-jalan melihat pesta kembang api, melihat festival musim panas (matsuri), atau menari di saat perayaan Obon (festival menyambut arwah).
2. Kimono yang harganya sangat mahal hingga luar biasa mahal, harga Yukata umumnya terjangkau oleh semua orang.
3. Kimono jadi yang hampir-hampir tidak ada toko yang mau menjualnya, di toko pakaian banyak dijual Yukata yang sudah jadi dengan beraneka ukuran dengan harga terjangkau
4. Kimono yang menurut ukuran lebar lengannya dapat diketahui status seorang wanita (sudah menikah atau masih gadis), Yukata dapat dipakai oleh siapa saja tanpa mengenal status.
5. Kimono yang pemakainya diwajibkan memakai pakaian dalam sebanyak 2 lapis (Hadajuban dan Juban), perempuan yang memakai Yukata hanya diharuskan pakaian dalam lapis pertama (Hadajuban).
Sama halnya dengan Kimono, agar Yukata terlihat bagus sewaktu dipakai, maka yang dipakai haruslah Yukata yang sesuai ukuran badan si pemakai. Jika Yukata yang anda kenakan ingin terlihat bagus dan pas di badan, Yukata yang anda kenakan haruslah Yukata yang dijahit sesuai dengan ukuran badan anda (order made).
Urutan agar pemakaian Yukata tampak bagus dan rapi:
1. Jika ingin mengenakan Yukata secara benar, dianjurkan untuk mengenakan Susoyoke, yakni berupa rok dalam panjang yang bisa berwarna putih polos atau bercorak dengan warna cerah. Jika tidak mau memakai atau tidak mempunyai Susoyoke juga tidak apa-apa.
2. Memakai pakaian dalam yang disebut Hadajuban dan mengencangkan tali pengikatnya.
3. Memakai Yukata. Panjang Yukata selalu melebihi panjang yang dibutuhkan si pemakai sehingga kain Yukata yang panjangnya berlebih harus diangkat sedikit ke bagian pinggang dan dikencangkan dengan menggunakan Koshihimo (sabuk pinggang dari kain)
4. Merapikan Bagian-bagian Yukata yang sedikit longgar di badan ke arah perut dan
mengencangkannya dengan kain sabuk pengikat yang disebut Datejime
5. Mengencangkan Yukata dengan melilitkan dan mengikatkan Obi.
Obi adalah kain yang dililitkan di pinggang, yang panjangnya sekitar 4 sampai 5 meter. Lebar Obi yang digunakan untuk Yukata adalah setengah dari lebar Obi yang digunakan untuk memakai Kimono. Ada banyak jenis simpul yang digunakan untuk pada saat mengikat Obi. Simpul Obi yang paling populer adalah simpul Bunko yang berbentuk seperti kupu-kupu. Jika belum dapat membuat simpul Obi sendiri, anda dapat membeli simpul Obi yang sudah jadi di toko dan tinggal menyisipkannya ke dalam Obi anda.
Yukata juga digunakan oleh aktor Kabuki di saat bermake-up atau peran yang mengharuskan aktor Kabuki memakai Yukata. Pegulat Sumo juga memakai Yukata sebelum dan sesudah bertanding. Begitupula penari tradisional Jepang (Nihon Buyou) mengenakan Yukata sebagai pengganti Kimono sewaktu belajar menari agar Kimono yang harganya mahal tidak menjadi basah karena keringat.
Saat ini, toko-toko di Jepang sudah mulai terlihat memajang beberapa Yukata dengan aneka corak warna dengan harga terjangkau. Tanda musim panas segera tiba.
-Kimono, Pakaian Tradisional Jepang
Kimono adalah pakaian khas/tradisional bangsa Jepang. Arti kimono itu sendiri adalah baju atau sesuatu yang dikenakan. Bentuk baju kimono seperti huruf “T”, berlengan panjang dan berkerah.
Baju kimono untuk wanita berbentuk baju terusan sedangkan kimono pria berbentuk setelan. Kerah bagian kanan harus berada dibawah kerah bagian kiri. Sabuk kain/Obi dililitkan pada bagian perut/pinggang dan diikat dipunggung. Alas kaki saat memakai kimono adalah zori atau geta.
Pada saat sekarang ini, kimono lebih sering digunakan wanita pada acara istimewa, sedangkan pria lebih sering menggunakan kimono pada acara pernikahan, upacara minum the dan acara formal lainnya.
Pemilihan kimono haruslah berhati-hati dan harus disesuaikan dengan acara yang akan dihadiri. Perlu adanya pengetahuan yang mendalam mengenai simbolisme dan isyarat yang terkandung pada kimono. Ada beberapa jenis kimono yang dapat disesuaikan dengan fungsi dan tingkat formalitasnya.
KIMONO WANITA:
• Kurotomesode
Tomesode adalah jenis kimono yang paling formal untuk wanita yang sudah menikah dan berwarna hitam. Pakaian ini digunakan untuk menghadiri resepsi pernikahan dan acara resmi lainnya.
Ciri khas kurotomesode adalah bermotif indah pada bagian bawah sekitar kaki depan dan belakang. Ada lambang keluarga yang terletak pada tiga sisi yaitu punggung, dada bagian atas kanan dan kiri, dan bagian belakang lengan.
• Irotomesode
Pakaian ini terbuat dari tomesode yang berwarna. Kimono jenis ini dipakai oleh wanita dewasa yang sudah/belum menikah. Pemilihan motif lambang dapat disesuaikan dengan jenis acaranya.
Kimono irotomesode dipakai untuk menghadiri acara yang tidak memperbolehkan tamu untuk datang memakai kuritimesode, misalnya resepsi di istana kaisar.
• Furisode
Furisode adalah kimono paling formal untuk wanita muda yang belum menikah. Bahannya berwarna cerah dengan motif yang mencolok diseluruh bagian kain.
Ciri furisode adalah bagian lengan yang sangat lebar dan menjuntai ke bawah. Pakaian ini digunakan saat menghadiri upacara seijin shiki, resepsi pernikahan teman, upacara wisuda atau hatsumode.
• Iromuji
Iromuji adalah kimono semiformal, tetapi bisa dijadikan kimono formal bila iromuji memiliki lambang keluarga(kamon). Iromuji terbuat dari bahan yang berwarna lembut seperti pink, biru muda, atau kuning dan warna lembut lainnya.
Iromuji dapat digunakan pada acara pernikahan jika jumlah lambang keluarga ada lima. Tetapi jika hanya satu, pakaian ini dapat digunakan saat acara minum teh.
• Tsukesage
Tsukesage adalah kimono semiformal yang digunakan oleh wanita yang sudah/belum menikah. Kimono jenis ini tidak memiliki lambang keluarga dan diperbolehkan untuk menghadiri upacara minum teh yang tidak begitu resmi atau perayaan tahun baru.
• Komon
Komon adalalah kimono santai untuk wanita yang sudah/belum menikah. Ciri khas kimono jenis ini adalah bermotif sederhana dan berukuran kecil-kecil yang berulang. Komon dikenakan untuk menghadiri pesta reuni, makan malam, bertemu dengan teman atau menonton pertunjukan digedung.
• Tsumugi
Tsumugi adalah kimono yang dipakai untuk bersantai dirumah dan dapat digunakan untuk wanita yang sudah/belum menikah. Kimono jenis ini dapat digunakan saat keluar rumah seperti berbelanja atau berjalan-jalan. Bahan yang digunakan adalah katun ataupun sutra kelas rendah yang tebal dan kasar.
• Yukata
Yukata adalah kimono yang dipaaki saat musim panas. Bahannya terbuat dari kain katun yang tipis tanpa pelapis.
KIMONO PRIA:
Kimono pria terbuat dari bahan berwarna gelap seperti hijau tua,coklat tua, biru tua, hitam.
• Montsuki
Montsuki digunakan bersama hakama dan haori cocok dipakai saat menghadiri upacara sangat resmi dan dapat juga dipakai sebagai pakaian pengantin pria tradisional.
• Kinagashi
Kimono jenis ini adalah jenis pakaian yang dapat digunakan sehari-hari, untuk bersantai ataupun keluar rumah. Kinagashi tidak dihiasi dengan lambang keluarga.
8 Permainan dan Mainan Jepang
#Daruma
Daruma adalah boneka sekaligus mainan
asal Jepang dengan bentuk hampir bulat, dengan bagian dalam yang kosong
serta tidak memiliki kaki dan tangan. Model dari benda ini adalah Bodhidharma, pendiri dari Zen.
Boneka
ini merupakan pembawa keberuntungan dan lambang harapan yang belum
tercapai. Daruma dijual dengan kedua belah mata yang belum digambar.
Orang yang ingin harapan atau cita-citanya terkabul menggambar salah
satu sisi dari kedua matanya dengan kuas dan tinta. Bila harapan orang
tersebut sudah tercapai, daruma akan menerima mata yang satunya lagi.
Asal-usul
Asal-usul boneka daruma adalah boneka tradisional Jepang yang disebut okiagari koboshi.
Boneka okiagari-koboshi memiliki bagian dasar yang bundar dan berat
sehingga boneka ini kembali bisa berdiri tegak dengan bantuan beratnya
sendiri setelah dimiringkan ke salah satu sisinya. Muka boneka
okiagari-koboshi digambar seperti wajah Bodhidharma karena daruma yang
selalu bisa berdiri tegak sesuai dengan cerita ketegaran Bodhidharma
yang bermeditasi selama 9 tahun menghadap tembok di vihara Shaolin.
Daruma dibuat dengan teknik yang di Jepang disebut hariko. Teknik yang sama juga digunakan untuk membuat maneki neko
atau berbagai macam bentuk patung yang lain. Patung yang dijadikan pola
ditempel dengan lapisan kertas hingga menjadi bentuk yang diinginkan.
Setelah lem kering, kertas yang melapisi patung dibelah dan patung yang
menjadi pola dikeluarkan. Belahan bagian depan dan bagian belakang
disatukan kembali dengan tempelan lapisan kertas. Boneka daruma biasanya
dicat dengan warna merah menyala sesuai dengan warna pakaian
Bodhidharma. Selain itu, warna merah dianggap memiliki kekuatan menolak
bala.
Mainan daruma otoshi
# Kendama
Kendama adalah nama mainan asal Jepang berupa sebuah bola berlubang (tama) yang diikat seutas tali ke sebuah palang (ken) yang bentuknya mirip sebuah palu. Di Jepang, permainan ini dilombakan dalam kompetisi tingkat nasional. Kendama juga tersedia untuk orang kidal.
Bagian atas ujung tangkai ken disebut kensaki
(ujung ken), berbentuk lancip seperti paku untuk memasukkan bola. Pada
ujung sisi kiri dan sisi kanan palang terdapat cekungan yang dipakai
untuk menangkap bola. Cekungan yang diameternya lebih besar disebut ōzara (piring besar), sedangkan cekungan yang diameternya lebih kecil disebut kozara (piring kecil). Cekungan pada ujung tangkai ken bagian bawah disebut chūzara (piring sedang), walaupun sebenarnya berdiameter lebih kecil dari kozara.
Kendama diciptakan pada tahun 1918 oleh Hamaji Egusa asal kota Kure, Prefektur Hiroshima. Pada awalnya, permainan ini diberi nama "Nichi Getsu Ball".[1] Sejak abad ke-16, orang Perancis juga sudah memiliki permainan ketangkasan serupa yang disebut bilboquet (bil berarti "bola" dan boquet berarti "pohon kecil"). Berlainan dengan kendama, bilboquet hanya memiliki cekungan di kedua ujung tongkat.[2]
Asosiasi
Kendama Jepang (Nihon Kendama Kyōkai) merupakan organisasi nirlaba yang
berusaha menyebarluaskan permainan kendama, mengatur standar teknik dan
trik permainan, serta menentukan tingkatan kemahiran dan ranking
pemain. Asosiasi juga menjual kendama yang sesuai standar asosiasi.
Permainan kendama mengenal sejumlah teknik memegang ken
dan bola untuk menghasilkan trik-trik yang berbeda. Sebagian besar
gerakan dalam permainan kendama dimulai dengan membawa bola dalam
keadaan tergantung pada ken. Pemain menggerakkan ken agar bola terlempar ke atas, dan bola yang jatuh harus ditangkap dengan salah satu sisi ken, atau dimasukkan ke dalam ujung yang lancip.
Permainan
kendama menuntut ketangkasan gerakan pemain. Pemain yang menguasai
teknik tingkat lanjut bisa menangkap bola dalam urut-urutan gerakan yang
sudah ditentukan sebelumnya.
#Hanetsuki
Hanetsuki (tepuk bulu) adalah permainan tradisional Jepang berupa saling berbalasan memukul kok tanpa jaring. Permainan mirip bulu tangkis ini dimainkan dengan raket yang disebut hagoita. Kok dibuat dari biji buah mukuroji (pohon familia Sapindaceae) yang dicucuk dengan bulu unggas berwarna-warni. Tradisi bermain hanetsuki di kalangan anak perempuan dipercaya membawa nasib baik, dan merupakan salah satu tradisi tahun baru di Jepang.
Permainan sepak menyepak bulu unggas yang diberi pemberat uang logam dikenal di Cina sekitar abad ke-14. Di Jepang, permainan tersebut mulai dikenal pada zaman Muromachi, dan diperkirakan sebagai asal usul permainan hanetsuki yang dikenal sekarang ini. Menurut buku harian Kanmon Nikki dari zaman Muromachi, kalangan aristokrat dan pelayan wanita dilaporkan senang bermain hanetsuki di dalam istana kaisar. Pemain yang kalah harus menghidangkan sake kepada pemain yang menang.
#Sudoku juga dikenal sebagai Number Place atau Nanpure, adalah sejenis teka teki
logika. Tujuannya adalah untuk mengisikan angka-angka dari 1 sampai 9
ke dalam jaring-jaring 9×9 yang terdiri dari 9 kotak 3×3 tanpa ada angka
yang berulang di satu baris, kolom atau kotak.
Jika
dilihat dari namanya, sudoku, mungkin kamu akan mengira permainan
teka-teki ini berasal dari Jepang. Namun, menurut sejarahnya, ternyata
permainan ini bukanlah berasal dari Jepang, melainkan dari Eropa dan
Amerika. Bagaimana bisa, ya?
Sejarah
Pada Abad 18, seorang ahli matematika asal Swiss, Leonhard Euler, mengembangkan konsep “Latin squares”. Dalam konsep ini, angka atau simbol dalam kotak hanya akan muncul satu kali di setiap baris atau kolom. Jadi, dalam setiap baris atau kolom tidak ada angka atau simbol yang sama.
Pada Abad 19, di beberapa surat kabar di Prancis, muncul permainan teka-teki angka yang mirip dengan sudoku. Namun, permainan ini bukanlah sudoku. Sebab, dalam permainan ini terdapat dua digit angka dan membutuhkan kemampuan aritmetika dibandingkan kemampuan logika. Sayangnya, permainan ini menghilang saat Perang Dunia I pecah.
Kemudian, di Amerika Serikat terdapat permainan teka-teki angka yang dinamakan “Number Place”. Saat itu, permainan ini dimuat di sebuah majalah terbitan Amerika Serikat, Dell Magazines, di akhir 1970-an. Teka-teki angka yang dimuat ini merupakan pengembangan dari seorang pembuat teka-teki, yaitu Howard Garnes.
Pada pertengahan 1980-an, teka-teki angka ini mulai diperkenalkan di Jepang oleh Bapak Maki Kaji. Ia adalah pemilik dari Nikoli, Inc., sebuah perusahaan penerbitan di Jepang. Perusahaan ini menerbitkan permainan teka-teki angka ini di sebuah media cetak khusus teka-teki, Monthly Nikolist. Alhasil, teka-teki ini pun menjadi populer di Jepang. Masyarakat Jepang menamakannya dengan “Suji wa dokushin ni kagiru”, yang kemudian disingkat menjadi sudoku. Dalam bahasa Jepang, sudoku diambil dari kata “su” yang artinya angka dan “doku” berarti sendiri. Artinya, dalam permainan ini, hanya boleh ada satu angka dalam satu baris dan kolom. Sudoku Menjadi Populer
Sudoku makin populer setelah dibawa ke Hong Kong pada 1997 oleh seorang pensiunan hakim asal Selandia Baru, Wayne Gould. Ia membawa buku kumpulan teka-teki sudoku dari Jepang, yang kemudian dikembangkannya menjadi sebuah software tentang sudoku. Pada 2004, ia menawarkan surat kabar The Times untuk memuat program sudoku buatannya itu. Hanya dalam beberapa bulan, surat kabar lain di Inggris juga ikut mempublikasikan permainan sudoku ini. Sejak itu, permainan teka-teki angka ini semakin diminati oleh masyarakat dunia. Permainan sudoku tak hanya ditemukan di surat kabar. Kini, di televisi, radio, bahkan telepon genggam juga terdapat permainan teka-teki angka ini.
Sejarah
Pada Abad 18, seorang ahli matematika asal Swiss, Leonhard Euler, mengembangkan konsep “Latin squares”. Dalam konsep ini, angka atau simbol dalam kotak hanya akan muncul satu kali di setiap baris atau kolom. Jadi, dalam setiap baris atau kolom tidak ada angka atau simbol yang sama.
Pada Abad 19, di beberapa surat kabar di Prancis, muncul permainan teka-teki angka yang mirip dengan sudoku. Namun, permainan ini bukanlah sudoku. Sebab, dalam permainan ini terdapat dua digit angka dan membutuhkan kemampuan aritmetika dibandingkan kemampuan logika. Sayangnya, permainan ini menghilang saat Perang Dunia I pecah.
Kemudian, di Amerika Serikat terdapat permainan teka-teki angka yang dinamakan “Number Place”. Saat itu, permainan ini dimuat di sebuah majalah terbitan Amerika Serikat, Dell Magazines, di akhir 1970-an. Teka-teki angka yang dimuat ini merupakan pengembangan dari seorang pembuat teka-teki, yaitu Howard Garnes.
Pada pertengahan 1980-an, teka-teki angka ini mulai diperkenalkan di Jepang oleh Bapak Maki Kaji. Ia adalah pemilik dari Nikoli, Inc., sebuah perusahaan penerbitan di Jepang. Perusahaan ini menerbitkan permainan teka-teki angka ini di sebuah media cetak khusus teka-teki, Monthly Nikolist. Alhasil, teka-teki ini pun menjadi populer di Jepang. Masyarakat Jepang menamakannya dengan “Suji wa dokushin ni kagiru”, yang kemudian disingkat menjadi sudoku. Dalam bahasa Jepang, sudoku diambil dari kata “su” yang artinya angka dan “doku” berarti sendiri. Artinya, dalam permainan ini, hanya boleh ada satu angka dalam satu baris dan kolom. Sudoku Menjadi Populer
Sudoku makin populer setelah dibawa ke Hong Kong pada 1997 oleh seorang pensiunan hakim asal Selandia Baru, Wayne Gould. Ia membawa buku kumpulan teka-teki sudoku dari Jepang, yang kemudian dikembangkannya menjadi sebuah software tentang sudoku. Pada 2004, ia menawarkan surat kabar The Times untuk memuat program sudoku buatannya itu. Hanya dalam beberapa bulan, surat kabar lain di Inggris juga ikut mempublikasikan permainan sudoku ini. Sejak itu, permainan teka-teki angka ini semakin diminati oleh masyarakat dunia. Permainan sudoku tak hanya ditemukan di surat kabar. Kini, di televisi, radio, bahkan telepon genggam juga terdapat permainan teka-teki angka ini.
Dengan memakai kain penutup mata, pemain berusaha meletakkan bagian-bagian wajah pada tempatnya. Peletakan bagian-bagian wajah di tempat yang bukan semestinya, kemungkinan dapat menghasilkan gambar lucu yang mengundang tawa. Pemenang permainan ini adalah pemain yang dianggap membuat gambar paling lucu, atau pemain yang berhasil meletakkan bagian-bagian wajah di tempat yang benar.
Asal usul permainan ini tidak jelas. Namun permainan ini diperkirakan dimainkan karena sesuai dengan peribahasa Warau kado ni wa fuku kitaru (Keberuntungan datang di keluarga yang tidak berhenti tertawa) yang merupakan harapan orang Jepang untuk tahun yang baru. Permainan ini kemungkinan mulai dimainkan sejak paruh kedua zaman Edo, dan melekat sebagai tradisi tahun baru sejak zaman Meiji. Dari zaman Meiji hingga pertengahan zaman showa, permainan ini banyak dimainkan orang Jepang sewaktu merayakan tahun baru di rumah bersama keluarga
#Janken
Permainan suit (hom pim pa) Jepang yang elemennya terdiri dari tangan yang membentuk kertas (tangan terbuka), batu (tangan mengepal) dan gunting (telunjuk dan jari tengah membentuk mata gunting). Janken sering juga dimainkan di Indonesia.
#Hana Ichi Monme adalah permainan anak2 di Jepang yang dimainkan oleh dua kelompok pemain yang saling memperebutkan anak milik kelompok lawan. Masing-masing kelompok menyanyi bersahut-sahutan sambil bergandengan tangan melangkah maju atau mundur. Permainan ini biasanya dimainkan kelompok kecil yang terdiri dari 4 hingga 10 orang anak. Arti Hana Ichi Monme adalah Bunga Satu Monme, dan monme adalah satuan ukur lama (1 monme setara dengan 3,75 gram).
Lirik lagu berisi permintaan untuk memberikan salah seorang anak kepada kelompok lawan. Masing-masing kelompok menyebut nama anak yang diminta, dan kedua anak tersebut mengadu janken. Anak yang kalah adu janken menjadi milik kelompok lawan. Kelompok yang kalah adalah kelompok yang kehabisan anggota.
#Kagome Kagome adalah permainan anak2 di Jepang yang dimainkan sekelompok anak-anak yang bernyanyi sambil berjalan bergandengan tangan melingkari seorang anak yang sedang menjadi oni. Lagu yang dinyanyikan adalah lagu anak-anak Kagome Kagome. Anak yang menjadi oni duduk mendekam di tengah lingkaran sambil menutup mata dengan kedua belah tangan. Ketika lagu selesai dinyanyikan, anak itu harus menebak nama anak yang persis ada di belakangnya. Anak yang namanya berhasil ditebak mendapat giliran berjaga.
Permainan ini umumnya dilakukan oleh kelompok kecil yang terdiri dari 5 hingga 6 orang anak. Bila peserta terlalu banyak, anak yang sedang menjadi oni sulit untuk menebak nama anak yang persis ada di belakangnya. Permainan dimulai dengan janken untuk mengundi anak yang akan dijadikan oni.
Lirik lagu yang dinyanyikan sewaktu mengelilingi oni dapat berbeda sedikit menurut daerahnya di Jepang. Lirik yang populer sekarang adalah lirik yang didokumentasikan oleh Naoji Yamanaka di kota Noda, prefektur chiba pada awal zaman showa
#Karuta
adalah permainan kartu bergambar dari Jepang. Permainan ini paling
sedikit dimainkan oleh tiga orang pemain, termasuk orang yang
membacakan kartu. Karuta sering dimainkan sebagai salah satu tradisi
tahun baru jepang.
Karuta berasal dari carta, kosakata bahasa portugis untuk surat, lembaran surat, atau kartu. Di Jepang, istilah karuta dulunya berarti permainan kartu remi. Namun pada zaman sekarang, karuta berarti hanafuda dan berbagai jenis permainan yang memakai satu set kartu yang terdiri dari yomifuda ( dan torifuda kartu untuk dibaca)(. Setiap kartu yomifuda berisi kata-kata untuk dibacakan. Pembaca kartu adalah orang yang tidak ikut bermain, dan sekaligus berperan sebagai wasit. kartu untuk diambil)
#Darumasan ga koronda adalah permainan rakyat jepang yang dimainkan oleh tiga orang pemain atau lebih. Penjaga pos yang disebut Oni) berusaha menangkap semua pemain yang tidak dalam keadaan diam ketika kalimat Daruma-san ga koronda ("Boneka Daruma jatuh") selesai diucapkan. Peserta berusaha mendekati penjaga pos ketika kalimat Daruma-san ga koronda sedang diucapkan. Semua pemain lari bila punggung penjaga pos berhasil ditepuk. Bila sudah ada pemain yang tertangkap dan digandeng oleh penjaga pos, tawanan dapat dibebaskan dengan cara memutuskan gandengan tangan mereka.
Kalimat Daruma-san ga koronda dapat diucapkan oleh penjaga pos dengan kecepatan dan irama yang berbeda-beda. Peserta sedapat mungkin dibuat agar tidak bisa menebak saat Daruma-san ga koronda selesai diucapkan, dan merasa terlalu berbahaya untuk bergerak.
Permainan serupa di Korea menggunakan kalimat bahasa korea, Mugunghwa kkoci pieot seumnida (Bunga Mugung sudah mekar). Dibeberapa daerah di Jepang, seperti di Kansai, kalimat Daruma-san ga koronda digantikan oleh kalimat lain dalam dialek setempat. Di negara-negara berbahasa inggris, permainan serupa disebut Red Light, Green Light (lampu merah, lampu hijau). Permainan serupa Red Light, Green Light dikenal orang perancis sebagai Un, deux, trois, soleil (Satu, dua, tiga, Matahari), dan dikenal orang spanyol sebagai Un, dos, tres, chocolate inglés.
#Daruma otoshi
9 Masakan Jepang
#Sukiyaki
Karuta berasal dari carta, kosakata bahasa portugis untuk surat, lembaran surat, atau kartu. Di Jepang, istilah karuta dulunya berarti permainan kartu remi. Namun pada zaman sekarang, karuta berarti hanafuda dan berbagai jenis permainan yang memakai satu set kartu yang terdiri dari yomifuda ( dan torifuda kartu untuk dibaca)(. Setiap kartu yomifuda berisi kata-kata untuk dibacakan. Pembaca kartu adalah orang yang tidak ikut bermain, dan sekaligus berperan sebagai wasit. kartu untuk diambil)
#Darumasan ga koronda adalah permainan rakyat jepang yang dimainkan oleh tiga orang pemain atau lebih. Penjaga pos yang disebut Oni) berusaha menangkap semua pemain yang tidak dalam keadaan diam ketika kalimat Daruma-san ga koronda ("Boneka Daruma jatuh") selesai diucapkan. Peserta berusaha mendekati penjaga pos ketika kalimat Daruma-san ga koronda sedang diucapkan. Semua pemain lari bila punggung penjaga pos berhasil ditepuk. Bila sudah ada pemain yang tertangkap dan digandeng oleh penjaga pos, tawanan dapat dibebaskan dengan cara memutuskan gandengan tangan mereka.
Kalimat Daruma-san ga koronda dapat diucapkan oleh penjaga pos dengan kecepatan dan irama yang berbeda-beda. Peserta sedapat mungkin dibuat agar tidak bisa menebak saat Daruma-san ga koronda selesai diucapkan, dan merasa terlalu berbahaya untuk bergerak.
Permainan serupa di Korea menggunakan kalimat bahasa korea, Mugunghwa kkoci pieot seumnida (Bunga Mugung sudah mekar). Dibeberapa daerah di Jepang, seperti di Kansai, kalimat Daruma-san ga koronda digantikan oleh kalimat lain dalam dialek setempat. Di negara-negara berbahasa inggris, permainan serupa disebut Red Light, Green Light (lampu merah, lampu hijau). Permainan serupa Red Light, Green Light dikenal orang perancis sebagai Un, deux, trois, soleil (Satu, dua, tiga, Matahari), dan dikenal orang spanyol sebagai Un, dos, tres, chocolate inglés.
#Daruma otoshi
Potongan
kepala daruma berada di bagian atas dari beberapa potongan kayu yang
disusun bertingkat. Pemain secara bergiliran mengeluarkan susunan
potongan kayu dengan memakai palu dari kayu, tapi bagian kepala daruma
tidak boleh jatuh.
9 Masakan Jepang
#Sukiyaki
Sukiyaki adalah irisan tipis daging sapi , sayur-sayuran, dan
tahu di dalam panci besi yang dimasak di atas meja makan dengan cara
direbus. Sukiyaki dimakan dengan mencelup irisan daging ke dalam kocokan
telur ayam.
Sayur-sayuran untuk Sukiyaki misalnya bawang bombay, daun bawang, sawi putih, shungiku (nama daun dari pohon keluarga seruni), jamur shiitake, dan jamur enoki. Sebagai pelengkap ditambahkan ito konnyaku atau shirataki yang berbentuk seperti soun berwarna bening atau sedikit abu-abu.
Dua Versi Sukiyaki:
Sukiyaki memiliki dua versi, Sukiyaki versi daerah Kansai dan Sukiyaki versi daerah Kanto yang berbeda cara penyajian, jenis bumbu dan rasa.
Menurut Sukiyaki versi Kansai, Sukiyaki hanya dimasak dengan bumbu Kecap asin dan gula pasir, sedangkan Sukiyaki versi Kanto dimasak menggunakan saus Warishita yang merupakan campuran dashi, kecap asin, gula pasir, dan mirin yang dimasak terlebih dulu.
Menurut
cara Kansai, potongan lemak sapi dicairkan di dalam panci sebelum
memasukkan irisan daging sapi. Bumbu berupa gula pasir dan kecap asin
dituangkan sekaligus dalam jumlah banyak di atas daging yang sudah
matang lalu diaduk-aduk dengan sayur-sayuran hingga matang. Menurut cara
Kanto, bumbu warishita dididihkan dulu di dalam panci sebelum semua
bahan dimasukkan.
#Sashimi
Sashimi adalah makanan Jepang berupa makanan laut dengan kesegaran prima yang langsung dimakan dalam keadaan mentah bersama penyedap seperti kecap asin, parutan jahe, dan wasabi
Makanan laut segar seperti ikan, kerang, dan udang karang
dihidangkan dalam bentuk irisan kecil yang mudah dimakan, sedang udang
berukuran kecil ada yang hanya dikupas kulit dan dibuang kepalanya saja.
Tsuma
adalah sebutan untuk bahan makanan penyerta yang bisa berupa lobak yang
dipotong panjang-panjang dengan ukuran sangat halus, daun berwarna
hijau yang disebut Oba (Aojizo), atau rumput laut seperti Wakame dan Tosakanori.
Sashimi juga berarti menikmati sesuatu dalam keadaan mentah, mulai dari potongan mentah dagin Kuda (Basashi), daging ayam (Torisashi), hati ayam atau hati sapi, sampai pada potongan Konnyaku dan kembang tahu yang disebut Yuba.
Jenis-Jenis Sashimi - Tsugatazukuri
Potongan-potongan
ikan disusun di atas tubuh ikan yang dipertahankan bentuknya mulai dari
bagian kepala hingga ekor. Sashimi jenis ini kebanyakan hanya dinikmati
pada kesempatan istimewa.
- Ikezukuri
Tsugatazukuri dengan ikan hidup yang dijadikan sashimi hanya beberapa saat sebelum dihidangkan.
- Tataki
Potongan
ikan yang digarang untuk beberapa saat di atas api sehingga terlihat
matang di bagian luar, segar di bagian dalam. Tataki ikan cakalang (Katsuo) dimakan bersama saus Ponzu, parutan bawang putih dan irisan daun bawang.
#Tempura
Tempura adalah makanan Jepang berupa makanan laut, sayur-sayuran, atau makanan liar yang dicelup ke dalam adonan berupa tepung terigu dan kuning telur yang diencerkan dengan air bersuhu dingin lalu digoreng dengan minyak goreng yang banyak hingga berwarna kuning muda.
Tempura juga berarti cara menggoreng yang berbeda dengan furai (istilah bahasa Jepang untuk deep fry). Bahan makanan yang digoreng secara tempura dicelup ke dalam adonan tempura, sedangkan bahan makanan yang digoreng secara deep fry dibungkus secara berurutan dengan tepung terigu, kocokan telur, dan tepung panir.
Minyak goreng yang digunakan untuk menggoreng tempura sebaikny minyak goreng yang
bersih dan belum digunakan untuk menggoreng bahan makanan lain. Di
restoran kelas atas yang menyediakan menu tempura, campuran minyak wijen yang harganya mahal dan minyak biji kapas sering dipakai untuk menggoreng tempura. Minyak bunga Camelia yang digunakan pegulat Sumo sebagai minyak rambut juga digunakan di beberapa restoran mahal untuk menggoreng tempura.
Minyak goreng yang dipakai untuk menggoreng tempura sering disebut minyak tempura (天ぷら油, tempura abura) yang merupakan sebutan untuk berbagai jenis minyak goreng seperti minyak canola, minyak selada dan minyak matahari
Sushi (鮨, 鮓, atau biasanya すし, 寿司) adalah makanan jepang yang terdiri dari nasi yang dibentuk bersama lauk (neta) berupa makanan laut, daging, sayuran mentah atau sudah dimasak Nasi sushi mempunyai rasa masam yang lembut karena dibumbui campuran cuka beras, garam dan gula
Asal-usul kata sushi adalah kata sifat untuk rasa masam yang ditulis dengan huruf kanji sushi (酸し). Pada awalnya, sushi yang ditulis dengan huruf kanji 鮓 merupakan istilah untuk salah satu jenis pengawetan ikan disebut gyoshō (魚醤) yang membaluri ikan dengan garam dapur, bubuk ragi (麹, koji) atau ampas sake (糟, kasu). Penulisan sushi menggunakan huruf kanji 寿司 yang dimulai pada zaman Edo periode pertengahan merupakan cara penulisan ateji (menulis dengan huruf kanji lain yang berbunyi yang sama).
#Sushi
Sushi pada umumnya digolongkan berdasarkan bentuk nasi, antara lain nigirizushi, oshizushi, chirashizushi,
inarizushi, dan narezushi.
Nigirizushi
Makanan laut segar (pada umumnya mentah) diletakkan di atas nasi yang dibentuk dengan menaruh nasi di telapak tangan yang satu dan membentuknya dengan jari-jari tangan yang lain. Nori sering dipakai untuk mengikat neta agar tidak terlepas dari nasi. Lauk yang diletakkan di atas sushi juga bisa dalam keadaan matang seperti tamagoyaki atau belut unagi dan belut anago yang sudah dipanggang.
Makanan laut segar (pada umumnya mentah) diletakkan di atas nasi yang dibentuk dengan menaruh nasi di telapak tangan yang satu dan membentuknya dengan jari-jari tangan yang lain. Nori sering dipakai untuk mengikat neta agar tidak terlepas dari nasi. Lauk yang diletakkan di atas sushi juga bisa dalam keadaan matang seperti tamagoyaki atau belut unagi dan belut anago yang sudah dipanggang.
Pada mulanya, edozushi adalah sebutan untuk sushi yang menggunakan hasil la Teluk Tokyo, tapi sekarang sering digunakan untuk menyebut nigirizushi. Di Hokkaido yang terkenal dengan hasil laut, istilah namazushi (, sushi mentah) dipakai untuk sushi dengan neta mentah. Istilah ini dipakai untuk membedakannya dari sushi asal daerah lain yang sering merebus lebih dulu neta seperti udang yang mudah kehilangan kesegarannya.
Chirashizushi
Nasi sushi dimakan bersama neta
berupa makanan laut dan sayur-sayuran yang dipotong kecil-kecil. Nasi
sushi tidak dibentuk melainkan diisikan ke dalam wadah dari kayu, piring
atau mangkuk. Chirashizushi merupakan salah satu masakan rumah yang
populer di Jepang untuk memperingati hari-hari istimewa seperti ulang
tahun anak-anak dan perayaan Hina Matsuri
Di daerah-daerah lain di Jepang, chirashizuhi mempunyai banyak nama lain seperti suzushi di Prefektur Kagoshima, matsurizushi di Prefektur Okayama, tekonezushi (di Prefektur Mie), bahkan ada daerah-daerah tertentu yang menghias chirashizushi dengan buah-buahan seperti potongan apel, jeruk dan ceri
Bento
Bento
adalah makanan yang dikemas dalam kotak dan dibuat sedemikian agar
terlihat menarik. Asalnya ini merupakan kreatifitas ibu-ibu di Jepang
buat ngebekalin anaknya ke sekolah. Selain menarik bisa membuat anak ga
jajan sembarangan dijalan. Bentou juga sering dijadikan sebagai alat
menyatakan cinta kepada lawan jenis. Siswi-siswi di Jepang membuat
bentou yang unik-unik dan memberikannya kepada siswa yang disukai.
Langkah2 membikin bento:
1. Bagi makanan secara
proporsional. Saat mempersiapkan bento ada dua cara untuk pembagian
makanan. Kita bisa membagi kotak menjadi 4:3:2:1 ratio (4 bagian untuk
nasi:3 bagian
untuk masakan :2 bagian untuk sayuran: dan 1 bagian untuk salad atau
dessert) atau bisa juga dibagi menjadi rasio 1:1 (1 bagian untuk nasi:1
bagian untuk masakan, bagian masakan ini bisa dibagi jadi 2:1 untuk
masakan dan sayurannya.
Buat
masakannya bisa divariasikan, mau masakan ala Jepang, masakan
tradisional, masakan eropa, atau apa aja yang disuka, yang penting
pembagian nutrisinya seimbang, biar sehat dong..
Buat
nasinya bisa divariasikan, mau nasi goreng, nasi kuning, nasi putih
biasa, atau nasi putih yang dikasih agar-agar supaya lebih pulen dan ada
seratnya. Nah alternatif lain selain nasi bisa pakai pasta, kentang,
atau kalau iseng-iseng aja bikin sushi, onigiri (nasi yang dibulet2)
atau nasi kebuli mungkin atau nasi bakar ya terserah suka-suka deh..
Buat
masakannya tentunya ngikutin nasinya dong, kan ga mecing banget kalau
makan pasta sama ikan asin misalnya..ha8 ga nyambung dan ga enak
kecuali kalau suka ya gapapa. Apa aja yang penting harus bersumber
protein, kayak daging sapi, daging ayam, atau ikan. Bisa digoreng,
ditumis, dibakar atau dikukus. Selain itu bisa juga ditambah atau
diganti tempe, tahu, atau kacang-kacangan, terutama kalau yang ga suka
daging (vegetarian)
Buat dessertnya pakai salad buah, salad sayur, atau salad kentang. Kalau ga suka salad ya bisa potongan buah atau sayur biasa.
2. sajikan makanan sesuai
dengan rasio yang sudah dipersiapkan tadi. Bisa satu box yang dipisah
dengan atau tanpa penyekat atau bisa juga dengan box Bento yang dijual
dipasaran. Tapi harus ingat porsinya harus sesuai dengan yang mau
makannya jangan terlalu sedikit atu malah kebanyakan ntar jadinya ga
kemakan kan sayang. Sebaiknya pakai pedoman porsi yang jelas. Misalnya
buat anak-anak gunakan cetakan muffin, agar-agar atau mangkuk kecil.
Buat orang dewasa bisa menggunakan mangkuk yang lebih besar.
3.
Pilih warna yang cerah untuk makanan yang akan dibuat sebagai hiasan.
Warna yang cerah dan mencolok akan berpengaruh terhadap tampilan bento
yang akan kita buat. Tapi bukan dengan menambahkan pewarna lho,
sebaiknya gunakan makanan yang juga bernutrisi, misalnya untuk
hiasan nasi putih bisa menggunakan nori (rumput laut), keju, telur
yang dibelah atau sayuran berwarna cerah seperti orange, hijau, merah
atau lainnya.
4. Kemas makanan secara
pas sesuai tempat (terutama untuk box yang tanpa sekat) Ini akan
mencegah makanan bergeser. Pertama yang dimasukan adalah nasi atau
penggantinya. Kemudian masakan sesuai dengan banyaknya. Lalu
masukan masakan optional seperti salad. Terakhir masukan makanan
penutupnya. Kalu makanan penutupnya berupa makanan manis sebaiknya beri
penyekat supaya tidak bercampur dengan makanan utamanya. Setelah
tersusun beri tekanan pada masing-masing makanan.
5. Bentuk dengan desain/pola yang mencolok dan menarik. Kita juga bisa menghiasnya sesuai dengan tema yang akan dibuat.
-
Jaga garis batas secara cermat. Kekontrasan warna, tekstur dan bentuk
diperhatikan satu dengan yang lainnya. Bila membentuk dengan bentuk
yang sama sebaiknya agak dipisahkan.
- Jangan menyimpan masakan dengan bumbu yang bertolak belakang secara berdampingan. (misalnya nasi goreng disebelah kue kering)
-
Buat wajah binatang atau bentuk lain dengan makanan. Dua iris telur
rebus dengan sebuah titik dari paprika ditengahnya akan membentuk mata
yang sangat menarik.
- Siram bumbu dan tambahkan garnish ketengah makanan agar terlihat menarik.
-
Potong buah, sayuran, atau keju membentuk bintang, bunga, hati dan
berlian dengan pemotong kue, atau pisau khusus untuk itu. Kalau ga ada
bisa dengan kreasi sendiri.
- simpan saus
atau snack serbuk kedalam wadah atau botol khusus. Sebaiknya pilih
botol atau kotak/wadah kecil yang khusus untuk mencegah saus atau snack
tumpah.
tips-tips yang mesti diperhatikan.
- Mulailah dengan bento dasar dan dapatkan kreatifitas selanjutnya setelah terbiasa. Jika berusaha membuat sesuatu yang terlalu rumit pada pertama kali takutnya kita akan frustasi dan mudah menyerah.
- Siapkan
waktu khusus untuk membuat bento. Buatlah bento pada waktu senggang
dengan membuat bento yang unik sesuai kreatifitas, hati-hati
mempersiapkan masakan harus terlihat enak untuk dimakan.
- Perhatikan kadar nutrisi dan kalori makanan. Jangan terlalu banyak junkfood dan tidak memperhatikan kebutuhan gizi.
- Jika
menggunakan nasi gunakanlah nasi yang masih fresh dan baru. Jangan
menggunakan nasi yang sudah semalaman karena nasi yang sudah disimpan
semalaman dalam rice cooker selain tidak baik nasi yang sudah disimpan
semalaman akan puyar bila dibentuk. Aromapun kadang sudah berbeda
- Bisa juga menggunakan bumbu untuk nasi supaya lebih cantik untuk dibentuk. Nasi kuning misalnya
- Nori (rumput laut) atau kulit kacang berwarna hijau yang masih muda bisa digunakan untuk hiasan pohon atau bentuik lainnya.
- Daging
atau sayuran yang digoreng harus ditempatkan diatas lapisan peresap
untuk mencegah rembesan minyak yang akan merusak bento.
- Pastikan
nasi dan masakan lainnya dingin sebelum bento ditutup. Uap air akan
tinggal dibalik tutup kotak bento dan akan membuat makanan jadi
melempem.Menurut budaya makan yang dikenal sejak zaman dulu di Jepang, nasi putih harus dihidangkan di dalam mangkuk kecil dengan lauk yang diletakkan di piring terpisah. Makan nasi dengan lauk yang ditaruh di atasnya dianggap tidak sopan, sehingga cara makan dengan meletakkan nasi dalam porsi besar beserta di dalam mangkuk donburi dianggap melanggar aturan. Donburi dianggap cara makan yang praktis karena nasi sudah dihidangkan bersama lauk, sedangkan kuah yang meresap ke dalam nasi dianggap sebagai kelezatan tersendiri. Di Jepang, Donburi dianggap makanan rakyat karena tidak mungkin menikmati nasi dalam mangkuk donburi sambil mematuhi segala macam etiket makan.
Jenis2 Donburi :
-Unadon, Mangkuk donburi berisi nasi putih dengan lauk belut Unagi yang dimasak cara kabayaki (dipanggang hingga matang dengan dioles saus manis-asin), dinikmati dengan bumbu penyedap merica shicuan
- Oyakodon, Mangkuk donburi berisi nasi putih dengan lauk berupa potongan daging ayam, jamur shiitake dan bawang bombay
yang dimasak bersa telur ayam dan dashi. Masakan ini dinamakan
"oyakodon" karena berisi daging ayam yang merupakan "orang tua" dari
telur.
-Fukagawadon, Mangkuk donburi
berisi nasi putih yang disiram lauk berupa daging kerang dan daun bawang
yang dimasak bersama sup miso.
-GyudonMangkuk
donburi berisi nasi putih dengan lauk berupa irisan tipis dag sapi dan
bawang bombay yang dimasak seperti semur dengan dashi, kecap asin, dan
mirin.
-KatsudonMangkuk donburi berisi nasi putih dengan lauk tonkatsu (gorengan potongan lebar daging babi yang dibungkus tepung panir) dan disiram saus kental
Tendon,
-Mangkuk donburi berisi nasi putih dengan lauk beberapa jenis tempura
seperti udang, terong, labu parang, dan nori yang disiram dengan kuah
kental dari kecap asin, gula, dan dashi.
-KaredonMangkuk donburi berisi nasi putih dengan lauk beberapa kari ala Jepang yang berisi daun bawang, aburage atau daging.
-Ikuradon, Mangkuk donburi berisi nasi putih dengan lauk telur ikan mentah yang disebut Ikura.
-Unidon, Mangkuk donburi berisi nasi putih dengan hewan laut bernama bulu babi (uni) yang dimakan mentah
-Tanindon, Merupakan variasi dari Oyakodon yang menggunakan daging, disebut tanin (orang lain) karena daging dan telur ayam tidak punya hubungan saudara.
-Chukadon, Mangkuk donburi berisi nasi putih dengan lauk capcay daging dan sayur-sayuran.
-Tekkadon, Mangkuk donburi berisi nasi putih dengan lauk irisan ikan tongkol mentah dan nori.
-Butadon, Variasi dari gyudon yang memakai daging babi.
-Mabodon, Mangkuk donburi berisi nasi putih yang disiram dengan masakan tahu dan daging yang disebut mápó dòufu.
Amazake
Minuman tradisional berupa tuak manis untuk acara selamatan. Uniknya, semakin beralkohol amazake yang terbuat dari air tape ini, semakin mahal pula harganya. Tak heran jika minuman ini disajikan di saat-saat perayaan di musim dingin. Ia bisa menghangatkan tubuh.
Minuman tradisional berupa tuak manis untuk acara selamatan. Uniknya, semakin beralkohol amazake yang terbuat dari air tape ini, semakin mahal pula harganya. Tak heran jika minuman ini disajikan di saat-saat perayaan di musim dingin. Ia bisa menghangatkan tubuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar