Minggu, 13 Mei 2012

Orang Jepang pun masih percaya takhayul


Kita pasti sering dengar kata2 Pemali ketika kita melakukan sesuatu yg dianggap tabu atau bertentangan dgn keyakinan orang tersebut. seperti misalnya membuka payung di dalam ruangan, ga boleh siul malam2 karena bisa mengundang setan, dll.
Begitu juga dgn orang2 Jepang, bahkan hampir semua orang Jepang percaya dgn takhayul.
Karena kebiasaan orang jepang yg selalu menurunkan tradisi kepada anak cucunya, maka hal tersebut selalu terjaga bahkan di zaman moderen pun.
Berikut takhayul2 yg masih di percaya orang2 Jepang:

1. "Tabeta ato, sugu yoko ni naruto, ushi ni naru!"
Arti dari kalimat di atas adalah: “Kalau habis makan langsung rebahan bisa jadi sapi!”

Bangsa jepang dulu dan sekarang berbeda jauh karena zaman dahulu mereka harus bekerja ekstra keras terutama setelah pengeboman di Hiroshima dan Nagasaki, tidak seperti sekarang yang mungkin akan lebih mudah karena ada bantuan teknologi canggih. Karena itu para orang tua selalu mengatakan kalimat diatas agar anak” mereka mau membantu pekerjaan mereka.

Sedangkan di zaman sekarang kenapa orang tua masih menyampaikan kepercayaan ini pada anak-anaknya ialah karena mereka ingin memperingati bahwa:
”Tidak sopan, jika setelah makan langsung rebahan”

2. "Hinakazari wo hayakushimawanaito, yome ni ikiokureru"
rti dari kalimat di atas adalah: “Kalau hiasan boneka `hina` tidak segera disimpan, bakalan telat nikah” :kimpoi:

Setiap tanggal 3 bulan Maret Jepang menyelenggarakan perayaan `Hina Matsuri` . Maksud dari perayaan ini adalah sebagai ucapan terima kasih kepada sang pencipta karena telah memberikan anak perempuan. Selain itu tujuan upacara ini adalah meminta keberkahan kesehatan untuk anak mereka yang perempuan.

Pada perayaan Hina Matsuri setiap keluarga yang memiliki anak perempuan, sejak bulan Februari harus memajang boneka `Hina` di ruangan tengah, yang terdiri dari pasangan putri dan pangeran disertai para dayang dan pengawalnya.

Pajangan boneka Hina ini, harus segera disimpan atau dirapikan jika telah lewat dari tanggal 3 Maret. Apabila tidak segera dirapikan untuk disimpan, mereka percaya bahwa si anak perempuan tersebut akan telat menikah nantinya .

Jika dilihat dari rata-rata umur menikah orang Jepang saat ini yang berkisar diatas 30 tahunan ,mereka percaya salah satu penyebabnya adalah “Hinakazari wo hayakushimawanaito, yome ni ikiokureru” (Kalau hiasan boneka `hina` tidak segera disimpan, bakalan telat nikah)

3. Shitewa ikenai koto
Shitewa ikenai koto artinya sesuatu hal tidak boleh dikerjakan. Dalam kepercayaan Jepang, ada beberapa hal yang tidak boleh dikerjakan seseorang karena mengandung firasat buruk, diantaranya:

- "Tidak boleh menyuguhkan makanan dengan jumlah empat buah"
Angka empat dalam bahasa jepang selain dibaca `Yon` juga dibaca `Shi`. Kata `Shi` sendiri berarti “kematian”  (shinigami = dewa kematian; shi= kematian/4, gami= dewa). Berdasarkan hal tersebut, jika kita menyuguhkan kue dengan jumlah empat, maka seolah kita mengundang kematian. Orang yang memakannya akan segera meninggal dunia. Dan kalo agan liat di mall” jepang kebanyakan di liftnya ditulisin abis lantai 2 itu lantai 3A abis itu lantai 3B baru abis itu lantai 5.

- "Tidak boleh menancapkan sumpit makan di tengah nasi"
Saat kematian orang Jepang, kepala jenazah harus diberi bantal yang disebut “Makurameshi”. Bentuk dari makurameshi tersebut sama dengan bentuk sumpit yang ditancapkan di tengah nasi. Apabila kita melakukan perbuatan menancapkan sumpit di tengah nasi, berarti akan mempercepat kematian  , begitu menurut kepercayaan orang Jepang.

- "Tidak boleh saling mengambil/menerima makanan dari sumpit ke sumpit secara langsung"  Setelah meninggal, biasanya orang Jepang akan membakar jasad dari jenazah (kremasi). Dalam pembakaran tidak semua jasad berubah menjadi abu, masih ada beberapa serpihan tulang belulang yang tidak terbakar. Biasanya serpihan tulang belulang yang masih tertinggal akan dikumpulkan oleh dua orang atau beberapa orang mengunakan sumpit dan dimasukan ke dalam `Kotsutsubo` (tempat abu & tulang berbentuk botol kecil atau kotak). Jika kita saling mengambil/menerima makanan dari sumpit ke sumpit secara langsung, berarti dipercaya bahwa kita sama dengan memakan tulang orang yang telah meninggal

Sumber : berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar