Jumat, 11 Mei 2012

Hikikomori


Hikikomori adalah istilah yang sering dipakai untuk orang-orang yang lebih suka mengurung dirinya dirumah atau di kamarnya dan tidak mau keluar sama sekali selama 6 bulan lebih. Kebanyakan dari mereka memilih berdiam dikamarnya sendiri, bahkan dengan keluarganya pun hampir tak ada komunikasi.  Ini merupakan fenomena yang sering terjadi di negara-negara maju dan kasusnya paling sering ditemukan di Jepang.

 Pertanyaan pertama yang biasanya kita buat "Apa saja yang mereka lakukan di rumah/dikamarnya ?", "Apa ga bosan tuh orang mengurung dirinya dikamar dan apa yang membuat mereka betah"
 Ya jelas bosan jika tidak ada yang dikerjakan. Mereka tentunya punya kegiatan-kegiatan yang membuat mereka betah. Kegiatan yang sering mereka kerjakan seperti "baca komik/manga", "dengerin musik", "nonton film", "main video game", "Main komputer dan surfing internet", dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan itulah yang membuat mereka betah tinggal dirumah/dikamar.

 Mungkin pertanyaan berlanjut kepada "Apakah mereka sama sekali tidak pernah keluar rumah/kamarnya?" dan "bagaimana bila ingin makan, mandi, buang air besar, buang sampah, dan hal-hal yang mengharuskan mereka keluar dari kamarnya?"
 tentu saja ada faktor yang memungkinkan mereka sesekali keluar dari rumah atau kamarnya, seperti sebulan atau beberapa bulan sekali keluar rumah untuk membeli kaset musik atau video game, manga, mainan atau action figure, untuk mengisi stok persediaan kegiatan mereka agar tidak bosan. itupun dengan mengenakan pakaian dan aksesoris yang agak tertutup seperti topi, kacamata, jaket, dll.
 Tapi untuk yang tingkat ekstrem, mereka tidak pernah sama sekali keluar dari kamarnya jika memungkinkan. biasanya dikamarnya sendiri terdapat kamar mandi dan kamar kecil, sehingga mereka tidak perlu lagi keluar kamar untuk kegiatan tersebut, namun terkadang mereka jarang mandi, meskipun dikamarnya ada kamar mandi. sedangkan jika ingin makan, biasanya orangtuanya menyediakan makanan dan diletakkan didepan pintu kamar (tentunya mereka biasanya memberitahukan anaknya terlebih dahulu untuk makan, meski berbicara dari luar kamar anaknya, dan seringkali sang anak tidak pernah menyahut dan memilih diam, dan setelah orang tuanya menjauh dari kamarnya dan tidak ada siapapun disekitar kamarnya (dia tau kalau tidak ada siapa-siapa dengan cara mengintip lewat lubang kunci kamarnya) baru dia membuka kamarnya dan mengambil makanan yang disediakan. Hal yang sama juga dilakukannya untuk mendapatkan barang yang diperlukannya, cuma bedanya disini mereka mendapatkannya dengan cara membeli secara online manga, kaset game dan musik, action figure, dll dengan menggunakan rekening atau kartu kredit orang tuanya, kemudian jasa pengantar datang kerumah, kemudian barang tersebut diletakkan orang tuanya di depan kamarnya.

 pertanyaan kita berlanjut kepada "Apa penyebab mereka memilih mengurung diri?"
 Kebanyakan orang mengambil kesimpulan, apa yang mereka lakukan dikarenakan mereka anti sosial. Padahal anti sosial pun ada penyebabnya. Terlepas dari itu, faktor-faktor utama yang menyebabkan mereka menjadi Hikikomori tidak terlepas dari lingkungan sekitar. seperti:
 -Budaya Jepang yang memungkinkan seorang anak tinggal bersama orang tuanya meskipun mereka sudah melewati masa remajanya dan didukung oleh pekerjaann orang tuanya yang menghasilkan lumayan banyak uang, sehingga orangtua mereka mampu menghidupi anaknya hingga mereka melewati masa remajanya.
 -Kekhawatiran orang tua yang takut anaknya tidak bisa bertahan hidup alias mandiri, biasanya dari pihak ibunya yang memanjakannya (mungkin karena jumlah anak yang sedikit), sedangkan ayahnya tidak bisa menjadi pimpinan keluarga yang baik, karena sibuk dengan pekerjaannya dan selalu pulang larut malam.
 -Tekanan akademis, dimana di Jepang, jika ingin bekerja di perusahaan besar dengan menjadi karyawan tetap dan mendapatkan pensiun, mereka harus masuk universitas yang bergengsi, sehingga mereka terkadang sekolah dari pagi hingga sore dan dilanjutkan dengan sekolah private untuk masuk universitas bergengsi yang jadwalnya padat. Jika mereka gagal masuk universitas bergengsi, maka mereka hanya bisa bekerja paruh waktu atau bahkan tidak ada pekerjaan sama sekali. Akhirnya beberapa dari mereka merasa tidak bisa berkompetisi dengan yang lain dan akhirnya menutup dirinya untuk menutup rasa malu.
 -Tekanan disekolah, dimana mereka selalu didiskriminasi, dikerjai atau dilecehkan karena fisik mereka (postur tubuh yang terlalu gumuk,kurus,pendek,tinggi, dan wajah yang jelek,aneh) atau karena kemampuannya melebihi yang lainnya dalam hal apapun sehingga membuat yang lainnya iri. Mereka terkadang takut untuk melapor kesekolah atau menceritakan kepada orangtuanya, karena diancam terlebih dahulu. Mereka menjadi pribadi yang tertutup (meskipun sebelumnya periang dan terbuka), dan ketika dititik tertentu, mereka tidak tahan lagi dan lebih memilih mengurung diri dikamarnya.
 -Ketertarikan mereka terhadap dunia khayal (dunia manga, video game, anime, dll) melebihi dunia nyata, sehingga mereka lebih memilih melakukan kegiatan-kegiatan yang mereka sukai tersebut dibandingkan bersosialisasi dengan dunia nyata.


 "Apa ada dampak negatifnya?"
 Tentu saja banyak dampak negatifnya baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Seseorang yang terkena syndrom hikikomori
 -bagi diri mereka sendiri, mereka tidak akan mampu berdiri sendiri ketika orangtuanya sudah tidak mampu lagi membiayai hidup dan kegiatan mereka, atau orangtua mereka meninggal. Karena faktor anti sosial merekalah yang menyebabkan mereka susah mencari koneksi didunia luar. mereka tidak memiliki teman, kemampuan dan keahlian untuk mencari penghasilan mereka sendiri dan kemampuan untuk bersosialisasi.
 -bagi orang lain tentunya yang paling terkena dampaknya adalah lingkungan keluarga mereka, khususnya orangtua mereka. Meskipun terlihat memanjakan dan mendukung kegiatan mereka, namun orangtua mereka selalu khawatir akan nasib anaknya sekarang dan kelak nanti. Mereka merasa kehilangan anggota keluarga mereka untuk diajak bersosialisasi.


 "Kepada siapa sajakah yang sering mengalami kasus hikikomori?"
 -Hikikomori lebih sering terjadi pada anak berusia 13-15 tahun, dan jika mereka sudah masuk kamar dan tidak mau keluar lagi hingga bertahun-tahun(pada kebanyakan kasus hingga 10 tahun).
 -Hikikomori lebih sering terjadi pada anak laki-laki (80% orang yang terkena sindrom ini adalah laki-laki). Kultur gender sangat memengaruhi, dimana anak laki-laki di jepang lebih dituntut sukses di bidang akademik dan pekerjaan dibandingkan anak perempuan.

 Bagaimana dengan di Indonesia? meskipun tergolong bukan negara maju, namun kemajuan teknologi juga akan berpengaruh dan tidak tertutup kemungkinan ada yang terkena sindrom ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar