Hikikomori adalah istilah yang sering dipakai untuk orang-orang yang lebih suka mengurung dirinya dirumah atau di kamarnya dan tidak mau keluar sama sekali selama 6 bulan lebih. Kebanyakan dari mereka memilih berdiam dikamarnya sendiri, bahkan dengan keluarganya pun hampir tak ada komunikasi. Ini merupakan fenomena yang sering terjadi di negara-negara maju dan kasusnya paling sering ditemukan di Jepang.
Pertanyaan pertama yang
biasanya kita buat "Apa saja yang mereka lakukan di rumah/dikamarnya ?",
"Apa ga bosan tuh orang mengurung dirinya dikamar dan apa yang membuat
mereka betah"
Ya
jelas bosan jika tidak ada yang dikerjakan. Mereka tentunya punya
kegiatan-kegiatan yang membuat mereka betah. Kegiatan yang sering mereka
kerjakan seperti "baca komik/manga", "dengerin musik", "nonton film",
"main video game", "Main komputer dan surfing internet", dan sebagainya.
Kegiatan-kegiatan itulah yang membuat mereka betah tinggal
dirumah/dikamar.
Mungkin
pertanyaan berlanjut kepada "Apakah mereka sama sekali tidak pernah
keluar rumah/kamarnya?" dan "bagaimana bila ingin makan, mandi, buang
air besar, buang sampah, dan hal-hal yang mengharuskan mereka keluar
dari kamarnya?"
tentu
saja ada faktor yang memungkinkan mereka sesekali keluar dari rumah
atau kamarnya, seperti sebulan atau beberapa bulan sekali keluar rumah
untuk membeli kaset musik atau video game, manga, mainan atau action
figure, untuk mengisi stok persediaan kegiatan mereka agar tidak bosan.
itupun dengan mengenakan pakaian dan aksesoris yang agak tertutup
seperti topi, kacamata, jaket, dll.
Tapi
untuk yang tingkat ekstrem, mereka tidak pernah sama sekali keluar dari
kamarnya jika memungkinkan. biasanya dikamarnya sendiri terdapat kamar
mandi dan kamar kecil, sehingga mereka tidak perlu lagi keluar kamar
untuk kegiatan tersebut, namun terkadang mereka jarang mandi, meskipun
dikamarnya ada kamar mandi. sedangkan jika ingin makan, biasanya
orangtuanya menyediakan makanan dan diletakkan didepan pintu kamar
(tentunya mereka biasanya memberitahukan anaknya terlebih dahulu untuk
makan, meski berbicara dari luar kamar anaknya, dan seringkali sang anak
tidak pernah menyahut dan memilih diam, dan setelah orang tuanya
menjauh dari kamarnya dan tidak ada siapapun disekitar kamarnya (dia tau
kalau tidak ada siapa-siapa dengan cara mengintip lewat lubang kunci
kamarnya) baru dia membuka kamarnya dan mengambil makanan yang
disediakan. Hal yang sama juga dilakukannya untuk mendapatkan barang
yang diperlukannya, cuma bedanya disini mereka mendapatkannya dengan
cara membeli secara online manga, kaset game dan musik, action figure,
dll dengan menggunakan rekening atau kartu kredit orang tuanya, kemudian
jasa pengantar datang kerumah, kemudian barang tersebut diletakkan
orang tuanya di depan kamarnya.
pertanyaan kita berlanjut kepada "Apa penyebab mereka memilih mengurung diri?"
Kebanyakan
orang mengambil kesimpulan, apa yang mereka lakukan dikarenakan mereka
anti sosial. Padahal anti sosial pun ada penyebabnya. Terlepas dari itu,
faktor-faktor utama yang menyebabkan mereka menjadi Hikikomori tidak
terlepas dari lingkungan sekitar. seperti:
-Budaya
Jepang yang memungkinkan seorang anak tinggal bersama orang tuanya
meskipun mereka sudah melewati masa remajanya dan didukung oleh
pekerjaann orang tuanya yang menghasilkan lumayan banyak uang, sehingga
orangtua mereka mampu menghidupi anaknya hingga mereka melewati masa
remajanya.
-Kekhawatiran
orang tua yang takut anaknya tidak bisa bertahan hidup alias mandiri,
biasanya dari pihak ibunya yang memanjakannya (mungkin karena jumlah
anak yang sedikit), sedangkan ayahnya tidak bisa menjadi pimpinan
keluarga yang baik, karena sibuk dengan pekerjaannya dan selalu pulang
larut malam.
-Tekanan
akademis, dimana di Jepang, jika ingin bekerja di perusahaan besar
dengan menjadi karyawan tetap dan mendapatkan pensiun, mereka harus
masuk universitas yang bergengsi, sehingga mereka terkadang sekolah dari
pagi hingga sore dan dilanjutkan dengan sekolah private untuk masuk
universitas bergengsi yang jadwalnya padat. Jika mereka gagal masuk
universitas bergengsi, maka mereka hanya bisa bekerja paruh waktu atau
bahkan tidak ada pekerjaan sama sekali. Akhirnya beberapa dari mereka
merasa tidak bisa berkompetisi dengan yang lain dan akhirnya menutup
dirinya untuk menutup rasa malu.
-Tekanan
disekolah, dimana mereka selalu didiskriminasi, dikerjai atau
dilecehkan karena fisik mereka (postur tubuh yang terlalu
gumuk,kurus,pendek,tinggi, dan wajah yang jelek,aneh) atau karena
kemampuannya melebihi yang lainnya dalam hal apapun sehingga membuat
yang lainnya iri. Mereka terkadang takut untuk melapor kesekolah atau
menceritakan kepada orangtuanya, karena diancam terlebih dahulu. Mereka
menjadi pribadi yang tertutup (meskipun sebelumnya periang dan terbuka),
dan ketika dititik tertentu, mereka tidak tahan lagi dan lebih memilih
mengurung diri dikamarnya.
-Ketertarikan
mereka terhadap dunia khayal (dunia manga, video game, anime, dll)
melebihi dunia nyata, sehingga mereka lebih memilih melakukan
kegiatan-kegiatan yang mereka sukai tersebut dibandingkan bersosialisasi
dengan dunia nyata.
"Apa ada dampak negatifnya?"
Tentu saja banyak dampak negatifnya baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Seseorang yang terkena syndrom hikikomori
-bagi
diri mereka sendiri, mereka tidak akan mampu berdiri sendiri ketika
orangtuanya sudah tidak mampu lagi membiayai hidup dan kegiatan mereka,
atau orangtua mereka meninggal. Karena faktor anti sosial merekalah yang
menyebabkan mereka susah mencari koneksi didunia luar. mereka tidak
memiliki teman, kemampuan dan keahlian untuk mencari penghasilan mereka
sendiri dan kemampuan untuk bersosialisasi.
-bagi
orang lain tentunya yang paling terkena dampaknya adalah lingkungan
keluarga mereka, khususnya orangtua mereka. Meskipun terlihat memanjakan
dan mendukung kegiatan mereka, namun orangtua mereka selalu khawatir
akan nasib anaknya sekarang dan kelak nanti. Mereka merasa kehilangan
anggota keluarga mereka untuk diajak bersosialisasi.
"Kepada siapa sajakah yang sering mengalami kasus hikikomori?"
-Hikikomori
lebih sering terjadi pada anak berusia 13-15 tahun, dan jika mereka
sudah masuk kamar dan tidak mau keluar lagi hingga bertahun-tahun(pada
kebanyakan kasus hingga 10 tahun).
-Hikikomori
lebih sering terjadi pada anak laki-laki (80% orang yang terkena
sindrom ini adalah laki-laki). Kultur gender sangat memengaruhi, dimana
anak laki-laki di jepang lebih dituntut sukses di bidang akademik dan
pekerjaan dibandingkan anak perempuan.
Bagaimana
dengan di Indonesia? meskipun tergolong bukan negara maju, namun
kemajuan teknologi juga akan berpengaruh dan tidak tertutup kemungkinan
ada yang terkena sindrom ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar